Dibawah pemerintahan tiga raja Dinasti Abbasiyah, yaitu Al-Mansur, Harun
Al-Rasyid, dan Al-Mamun tercapailah masa keemasan Irak. Istilah "Arabian
Nights" tercetus pada masa Harun Al-Rasyid. Bahkan, Al-Mamun bermimpi
dapat menghadirkan kembali pemikir sekaliber Aristoteles di Bahgdad.
Salah satu ilmuwan yang
bertugas mengalihbahasakan karya-karya ilmiah di Graha Kebijaksanaan (The House
of Wisdom) adalah Al-Khwarizmi. Melalui karyanya dia mencetuskan kata
"aljabar" dan membuatnya menjadi ilmuwan yang legendaris.
Riwayat
Al-Khwarizmi tidak terlalu jelas diketahui orang. Tidak banyak catatan dan asal
usulnya yang diketahui oleh orang kebanyakan, tak terkecuali ahli sejarah. Nama
Al-Khwarizmi mengindikasikan dia berasal dari Khwarizm, sebelah selatan Laut
Aral, Asia Tengah. Ahli sejarah l-Tabari memberikan tambahan julukan
"Al-Qultrubbulli" yang menandakan Al-Khwarizmi berasal dari
Qutrubbulli, yaitu daerah antara Sungai Tigris dan Eufrat yang letaknya
tidak jauh dari Baghdad. Dapat dipastikan Al-Khwarizmi bekerja pada masa
pemerintahan Al-Mamun. Dia mempersembahkan dua karyanya untuk sang Khalifah.
Hisab Al-Jabrwal-Muqabala adalah karyanya di bidang aljabar yang sangat terkenal
dan penting. Judul buku tersebut menunjukan kata "aljabar", istilah
pertama yang kemudian dipakai sampai sekarang. Tujuan dan pesan yang ingin
disampaikan oleh buku ini adalah mencari cara termudah dan paling bermanfaat
dari aritmatika. "Setiap hari orang berkutat dengan kasus-kasus yang menyangkut
warisan, pembagian harta, kasus-kasus hukum, misalnya, mengukur lahan, menggali
sungai, menghitung luas bidang geometri tertentu, dan bermacam-macam
perhitungan lainnya," kata Al-Khwarizmi.
Isi teks
aljabar ini dimaksudkan untuk kepentingan praktis. Aljabar
diperkenalkan untuk menyelesaikan problem-problem yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dalam lingkup Kerajaan Islam pada masa itu. Pengantar buku
ini memberi gambaran tentang bilangan-bilangan asli (natural number).
Bagi mereka yang tidak lancar dengan sistem ini tampak menggelikan. Namun, inti
penting yang ingin disampaikan adalah pemahaman baru tentang abstraksi seperti
dinyatakan dalam kalimat di bawah ini.
Ketika orang mulai
melakukan perhitungan, mereka selalu menggunakan angka. Angka terdiri
dari satuan-satuan dan setiap angka dapat dibagi menjadi satuan-satuan. Setiap
angka diekspresikan dengan 1-10, setelah 10 digandakan, dikalikan tiga sehingga
terdapat 20,30, dan seterusnya hingga 100. Lalu 100 digandakan, dikalikan
tiga dengan cara yang sama, akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa bilangan itu
tidak terbatas.
Karya Aljabar
dari Al-Khwarizmi diawali dengan pengertian prinsip-prinsip bilangan dan
memberikan solusi. Terdiri dari enam bab yagn terbagi menjadi enam tipe
persamaan yang mencakup tiga jenis operasi, yakni akar, kuadrat, dan bilangan
(x, X2 , dan bilangan). Semua solusi atau penyelesaian (penyederhanaan) suatu bentuk
persamaan (linier atau kuadrat), terlebih dahulu harus dijadikan salah satu
dari enam bentuk baku seperti di bawah ini:
1. Kuadrat-kuadrat identik dengan
akar-akar.
2. Kuadrat-kuadrat identik dengan
bilangan-bilangan.
3. Akar-akar identik dengan
bilangan-bilangan.
4. Kuadrat-kuadrat dan akar-akar identik
dengan bilangan bilangan-bilangan (misal: X2 + 10x =39).
5. Kuadrat-kuadrat dan bilangan-bilangan
identik dengan akar-akar (misal: X2 + 21 =10x).
6. Akar-akar dan bilangan-bilangan
identik dengan kuadrat-kuadrat (misal: 3x + 4 = X2 ).
Penyederhanaan
ini menggunankan dua operasi atau cara yang disebut al-jabr dan al-muqabala.
Istilah al-jabr berarti "menyelesaikan", yaitu proses
menghilangkan bentuk negatif atau minus dari suatu persamaan. Salah satu contoh
yang dikemukakan oleh Al-Khwarizmi adalah al-jabr mengubah X2 = 40x - 4X2 menjadi 5X2 = 40x.
Istilah al-muqabala
berarti "menyeimbangkan", yaitu proses mengelompokan jenis atau
notasi yang sama dan pangkat yang sama apabila terdapat pada ruas kanan mauupun
ruas kiri dalam suatu persamaan. Misalnya, dua aplikasi al-muqabala
adalah menyederhanakan 50 + 3x + X2 = 29 + 10x menjadi 21
+ X2 = 7x (aplikasi pertama terkait dengan bilangan-bilangan dan aplikasi kedua
terkait dengan akar).
Al-Khwarizmi juga menunjukan
bagaimana menggunakan keenam persamaan di atas untuk menggabungkan solusi
metode geometri. Misalnya, untuk memecahkan persamaan X2 + 10x = 39, maka dia
menuliskan prosedur, "suatu akar kuadrat ditambah 10 sama dengan 39 unit
yang dapat dijabarkan ke dalam bentuk persamaan: apa yang akan terjadi apabila
suatu kuadrat ditambah 10 akan diperoleh 39".
Cara untuk mengurai
persamaan ini diambil dari salah satu aksioma di atas. Sumber masalah adalah
angka 10. Ambil angka 5 dan kuadratkan, maka diperoleh hasil 25, ditambah
dengan 39 diperoleh hasil 64. Akar dari angka ini adalah 8, kurangilah dengan
angka awal, 5, diperoleh sisa 3. Angka 3 adalah hasil akar, jika dikuadratkan,
maka diperoleh hasil 9. Luas bujur sangkar adalah 9.
Pembuktian geometrik dapat dilakukan
dengan cara di bawah ini:
Al-Khwarizmi mulai dengan mengandaikan
sisi bujur sangkar adalah x dan luas bujur sangkar adalah X2 . Bujur sangkar itu
ditambah dengan 10x yang dilakukan dengan menambahkan secara sama terhadap
keempat sisinya, yang masing-masing 10/4 atau 5/2 dengan lebar x pada
setiap sisinya. Bidang diarsir mempunyai luas X2 + 10x, sama dengan 39.
Bentuk bujur sangkar menjadi lengkap dengan 4 bujur sangkar kecil yang luasnya sama, masing-masing
5/2 × 5/2 = 25/4. Luas bujur sangkar adalah 4 × 25/4 + 39 = 64. Panjang sisi
bujur sangkar adalah akar 64 atau sama dengan 8, di mana 5/2 + x + 5/2 atau x +
5 = 8, diperoleh x = 3.x X2 .
Pembuktian
geometrik di atas menjadi sumber polemik di antara para matematikawan.
Tampaknya, Al-Khwarizmi memahami Element dari Euclid karena secara
tidak langsung penyelesaian itu mirip dengan yang termaktub dalam karya Euclid.
Pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid, ketika Khwarizmi masih muda, Al-Hajjaj
ditugaskan mengalihbahasakan Element ke dalam bahasa Arab. Al-Hajjaj
tidak lain adalah rekan Al-Khwarizmi di Graha Kebijaksanaan. Mungkin hal itu
yang akhirnya memengaruhi karya-karya Al-Khwarizmi sebagai penjabaran dari
Euclid.
Pendapat lain
menyebutkan bahwa tidak ada definisi, aksioma, postulat, atau contoh-contoh
seperti yang diuraikan oleh Euclid sehingga tidak dapat menggolongkan
Al-Khwarizmi sebagai pengikut Euclid. Pendukung pendapat kedua mengemukakan
hukum aritmatika dengan objek-objek aljabar. Misalnya, Khwarizmi menunjukan
bagaimana melakukan perkalian untuk ekspresi seperti: (a +bx) (c + dx).
Meskipun tidak ada narasi untuk mengekspresikannya dan tidak ada simbol yang
digunakan, di sini tersirat konsep aljabar dengan akurasi tinggi: teori linier
dan kuadratik dengan satu bilangan tidak diketahui. Dari sini aljabar dapat
dipandang sebagai teori persamaan.
Lebih lanjut,
Al-Khwarizmi memberikan penerapan dan contoh seperti mencari luas bidang
lingkaran, silinder, kerucut dan piramida. Al-Khwarizmi juga menulis sistem
bilangan Hindu- Arabik. Karya ini mendeskripsikan Hindu mempunyai sistem
bilangan berbasis 1,2,3,4,5,6,7,8,9,dan 0. Pertama kali menggunakan angka nol
dirintis olehnya.
Karya Al-Khwarizmi
lainnya adalah dalam bidang astronomi. Topik utama yang disajikan dalam buku Sindhind
zij adalah kalender; menghitung posisi matahari, bulan, dan planet-planet;
tabel sinus dan tangen; tabel astrologi; memprakirakan terjadinya gerhana.
Karya lain
adalah dibidang geologi, dia memberi garis lintang dan garis bujur untuk 2402
tempat-tempat berdasarkan peta dunia. Buku ini merip buku Ptolemeus, Geography,
yang mencatat juga kota, gunung, lautan, pulau, dan sungai. Manuskrip
Al-Khwarizmi lebih rinci untuk wilayah Islam, Afrika, dan Timur Jauh. Untuk
Benua Eropa diambil dari data Ptolemeus. Selain itu, Al-Khwarizmi menulis
topik-topik seperti penggunaan astrolabe (pengukur lintasan planet
sebelum ditemukan sekstansextant) untuk mengetahui lintasan matahari dan
kalender Yahudi.
Kiprah
Al-Khwarizmi memang luar biasa. Dia adalah pencetus istilah
"aljabar", memberi dasar, dan tonggak dalam matematika. Semua
itu membuat dia layak disebut sebagai Bapak Aljabar, bukan Diophantus. Aljabar
diajarakannya dengan bentuk-bentuk dasar, sedangkan Diophantus banyak
berkutat dengan teori bilangan.\
Aljabar
kemudian dipelajari dan menjadi milik dunia sampai saat ini, manggabungkan
aritmatika dan aljabar. Keduanya penting sebagai sumber utama pengetahuan
matematika selama berabad-abad baik di Timur maupun Barat. Termasuk untuk
mengenalkan bilangan-bilangan Hindu ke Eropa. Bangsa Arab memang berhasil
melahirkan putra-putra terbaiknya sebagai matematikawan yang tidak kalah
bersaing dengan rekan-rekanya yang berhasil dari Benua Eropa.
Semoga postingan ini berguna..... :)
0 komentar:
Posting Komentar